Gunung ini tercatat sebagai gunung yang sangat aktif. Menurut penelitian Smithsonian selama seratus tahun terakhir ini sudah tercatat letusan hampir 40 kali.
Letusan terbesar dalam catatan sejarah sejak seribu tahun lalu terjadi pada tahun 1586 dimana waktu itu terjadi hampir semua karakter erupsi [ Central vent eruption, Crater lake eruption, Explosive eruption, Fatalities, Damage (land, property, etc.) dan Mudflow(s) (lahars)]. Menurut buku Data Dasar Gunung Api di Indonesia jumlah korban diperkirakan mencapai 10 000 orang. Bayangkan saja pada tahun itu tentunya jumlahpenduduk masih sangat sedikit, tapi mampu menelan jumlah korban sangat banyak. Letusan tahun 1856 itu diperkirakan memiliki kekuatan Volcanic Explosivity Index (VEI): 5. Kira-kira setara letusan Pinnatubo tahun 1991.
Sebagai bayangan kekuatan letusan :
- Tambora, Indonesia 1815: VEI=7, 92,000 meninggal
- Santorini, Greece 1628 B.C.: VEI=6, unknown meninggal
- Krakatau, Indonesia 1883: VEI=6, 36,400 meninggal
- Santa Maria, Guatemala 1902: VEI=6, 6,000 meninggal
- Mount St. Helens, USA 1980: VEI=5, 57 meninggal
- Vesuvius, Italy 79: VEI=5, 3,360 meninggal
- Pinatubo, Philippines 1991: VEI=5, 932 meninggal
Letusan krakatau yang VEI=6 itu setara dengan 150-175 megatons of TNT, atau ekivalen dengan 7,500-8,750 bom atom Hiroshima (satu bom Hiroshima kira-kira termal energinya 20 kilotons).
Dari websitenya PVMBG (pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi) dapat diketahui daerah bahaya yang sudah pernah dipetakan sebelumnya. Dengan menggunakan Google Earth maka peta rawan ini dapat di-tampal (overlay), sehingga dapat dilihat bagaimana kira-kira dampak terhadap penduduk sekitarnya.
Menurut peta rawan bencana ini, arah pergerakan lahar dari Gunung Kelud ini diperkirakan ke arah barat. Yang agak menghawatirkan adalah daerah sepanjang warna biru (rawan aliran lahar) ini merupakan daerah yang padat penduduknya. Dengan Google earth akan mudah diketahui bahwa hampir sepanjang warna biru ini merupakan pemukiman penduduk.
Mempertimbangkan besarnya jumlah penduduk yang menempati Daerah Bahaya I (136.500 orang , data tahun 1972 !!! ), maka bisa dibayangkan betapa sulitnya PVMBG dalam mengambil keputusan tentang status G. Kelud. Taruhannya sungguh berat , di satu sisi menyangkut begitu banyaknya keselamatan jiwa manusia dan di sisi lain menyangkut juga biaya evakuasi yang miliaran rupiah ( kalau 100.000 orang saja yang diungsikan dan perlu biaya Rp 10.000 / hari maka diperlukan dana minimal Rp 1 milyar/ hari !!! ) . Kita tentunya yakin bahwa apa yang telah diputuskan oleh para pakar di PVMBG pastilah merupakan keputusan terbaik karena didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah yang cukup akurat . Walaupun demikian, sebagai umat beragama, kita tentunya percaya bahwa apapun keputusan kita, Tuhan jualah yang akhirnya menentukan.
Perhatikan bulan purnama nanti.
Kalau melihat adanya hubungan antara bulan dengan aktifitas volkanisme seperti yang pernah ditulis sebelumny a tentang Efek bulan terhadap pasang-surut, gempa dan gunung api, maka perlu diperhatikan pada waktu bulan purnama (yang paling dekat tanggal 27-28 Oktober) dan pada waktu bulan mati setelahnya. Tentunya ini bukan sebuah ramalan looh ya. Hanya untuk berjaga-jaga saja. Karena mengingat biaya mengungsi juga tidak sedikit. Jadi yang paling tepat seperti yang dilakukan PVMBG yaitu pengamatan dimana (kedalaman) magma itu berada, serta teramati dari suhu kawah yang meningkat tajam yang menunjukkan bawah magma sudah mendekati danau kawah.
Sumber :https://geologi.co.id/2007/10/19/mengenal-gunung-kelud/